وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُون
Artinya:
” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu”. (Qs, Adz Dzaariyat: 56)
Kita
telah memasuki tahun baru 1436 Hijjriah. Setiap amal perbuatan kita yang telah
kita kerjakan di tahun sebelumnya selama kita hidup di dunia dicatat oleh
malaikat Allah, ada dua malaikat yang senantiasa mendampingi kita dimana pun
kita berada. Malaikan ini tak pernah luput dari mencatat amal perbuatan kita.
Semuanya itu akan kita pertanggung jawabkan langsung di hadapan Allah.
Jika
kita renungi bahwa tahun sebelumnya kita belum menemui ajal dan masih bisa
menghirup nafas dengan gratis. Namun bisa jadi tahun ini adalah tahun terakhir
kita di dunia dalam mengumpulkan amal sholeh,maka sebaiknya perbaiki amal kita
pada Allah karena amala kitalah yang menentukan keselamatan kita di akhirat di
kehidupan yang abadi. Bisa jadi malam ini adalah malam terakhir buat kita di
dunia, tak ada jaminan bahwa kita akan hidup besok berasama keluarga. Mungkin
di antara kita ada yang masih asyik berkumpul teman teman atau keluarga namun
itu adalah yang terakhir. banyak di antara kita kehilangan teman yang sehat
namun tiba tiba kecelakaan dan sbg.
Lalu
bagaimana jika kita sendiri yang mendekati ajal kematian kita hingga kita tak
sadari hingga masih berkeliman dosa dan maksiat.
Adakah
jaminan bahwa kita akan selamat dari api jahanam?!
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
{
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ
يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ
الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ }
“Sesungguhnya
bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram.
Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu
di keempat bulan itu” (QS At-Taubah: 36)
Diriwayatkan
dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
((…
السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ
ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى
وَشَعْبَان.))
“Setahun
terdiri dari dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram, tiga
berurutan, yaitu: Dzul-Qa’dah, Dzul-Hijjah dan Al-Muharram, serta RajabMudhar
yang terletak antara Jumada dan Sya’ban. “{HR Al-Bukhari no. 3197 dan Muslim
no. 1679/4383.}
Pada
ayat di atas Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
{
فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ }
“Janganlah
kalian menzalimi diri-diri kalian di dalamnya”, karena berbuat dosa pada
bulan-bulan haram ini lebih berbahaya daripada di bulan-bulan lainnya. Qatadah
rahimahullah pernah berkata:
(إنَّ
الظُّلْمَ فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ أَعْظَمُ خَطِيْئَةً وَوِزْراً مِنَ الظُّلْمِ
فِيْمَا سِوَاهَا، وَإِنْ كَانَ الظُّلْمُ عَلَى كُلِّ حَالٍ عَظِيْماً، وَلَكِنَّ
اللهَ يُعَظِّمُ مِنْ أَمْرِه مَا يَشَاءُ.)
“Sesungguhnya
berbuat kezaliman pada bulan-bulan haram lebih besar kesalahan dan dosanya
daripada berbuat kezaliman di selain bulan-bulan tersebut. Meskipun berbuat
zalim pada setiap keadaan bernilai besar, tetapi Allah membesarkan segala
urusannya sesuai apa yang dikehendaki-Nya.”{Tafsir ibnu Abi hatim VI/1793.}
Ibnu
‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:
(…فَجَعَلَهُنَّ
حُرُماً وَعَظَّمَ حُرُمَاتِهِنَّ وَجَعَلَ الذَّنْبَ فِيْهِنَّ أَعْظَمُ، وَالْعَمَلُ
الصَّالِحُ وَاْلأَجْرُ أَعْظَمُ.)
“…Kemudian
Allah menjadikannya bulan-bulan haram, membesarkan hal-hal yang diharamkan di
dalamnya dan menjadikan perbuatan dosa di dalamnya lebih besar dan menjadikan
amalan soleh dan pahala juga lebih besar.”{Tafsir Ibnu Abi Hatim VI/1791.}
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
أَفْضَلُ
الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْـمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ
الْفَرِيْضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
"Sebaik-baik
puasa setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, Muharram, dan sebaik-baik
shalat setelah shalat yang fardhu adalah shalat malam.” {Hadits shahih:
Diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 1163 (203)), dari Shahabat Abu Hurairah
radhiyallaahu ‘anhu.}
Di
bulan Muharram, berpuasa ‘Asyura tanggal 10 Muharram sangat ditekankan, karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((…وَصِيَامُ
يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ.))
“…
Dan puasa di hari ‘Asyura’ saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan
(dosa) setahun yang lalu.”{HR Muslim no. 1162/2746.}
Ternyata
puasa ‘Asyura’ adalah puasa yang telah dikenal oleh orang-orang Quraisy sebelum
datangnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka juga berpuasa pada
hari tersebut. ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata:
(كَانَ
يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ ، وَمَنْ
شَاءَ تَرَكَه.)
“Dulu
hari ‘Asyura, orang-orang Quraisy mempuasainya di masa Jahiliyah. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempuasainya. Ketika beliau pindah ke
Madinah, beliau mempuasainya dan menyuruh orang-orang untuk berpuasa. Ketika
diwajibkan puasa Ramadhan, beliau meninggalkan puasa ‘Asyura’. Barang siapa
yang ingin, maka silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak ingin, maka silakan
meninggalkannya.”{HR Al-Bukhari no. 2002.}
tanggal
10 Muharram adalah hari yang diagungkan orang-orang Yahudi dan Nashrani, maka
beliau bersabda,
فَإِذَا
كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
“Kalau
aku masih hidup tahun depan, maka sungguh aku akan berpuasa pada tanggal 9
Muharram (bersama 10 Muharram).” {HR Muslim (no. 1162).}
Oleh
karena ini adalah ibadha maka mari kita kerjakan sesuai perintah Allah dan
RasulNya. Dari beberapa dalil di atas kita ketahui bahwa 10 muharram kita
ditekankan berpuasa 'Asyura' dan karena 10 muharram orang yahudi juga berpuasa
maka Rasulullah perintahkan kita menyelisihainya dengan berpuasa pada 9
muharram sesuai dengan hadits di atas, karena hari senin jatuh pada 10 muharram
maka kita dianjurkan puasa besok pada 9 mharram.
semoga
kita bisa meraih rahmat hidayah dan taufiq dari Allah, aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar